Kel 12:37- 42,
Mzm 136:1,23-24,10-12,13-15,
Mat 12:14-21
Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.
Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ”Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”
Renungan
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang yang berkuasa sering diidentikkan dengan orang yang menakutkan karena bisa berbuat apa saja. Mengapa demikian? Karena orang yang mempunyai kekuasaan sering tergoda dan jatuh pada kesewenang-wenangan. Hukum bukan lagi digunakan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, tetapi disalahgunakan untuk mencari keuntungannya sendiri. Gambaran seperti ini kemudian dilekatkan pada Allah yang Mahakuasa; dengan kuasa-Nya Allah dilihat sebagai Penguasa yang kejam dan menakutkan.
Yesus menghadirkan Pribadi Allah yang sangat berbeda dengan gambaran orang saat itu. Allah adalah Penguasa yang lemah lembut, yang tetap menghendaki kebenaran, tetapi tidak menghukum orang yang bersalah atau berdosa, melainkan menyelamatkannya. Kelemah-lembutan dan kebaikan Allah itu dinyatakan dengan sabda, ”Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang” (Mat. 12:20). Orang yang jatuh dalam kesalahan, tidak dibinasakan-Nya, tetapi justru direngkuh-Nya agar selamat. Kekuasaan itu dimiliki bukan untuk menindas orang demi mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri, tetapi kekuasaan Ilahi adalah untuk menyelamatkan orang lain, terutama mereka yang terancam keselamatannya karena kesalahan dan dosa mereka.
Doa: Ya Tuhan, jadikanlah aku hamba-Mu yang senantiasa menghadirkan kelemah-lembutan ketika berhadapan dengan sesama dan terlebih saat melayani mereka demi kebahagiaan mereka sebagaimana Engkau telah melakukannya bagiku. Amin.
Sumber:
Rnungan Harian Parokiyakobus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar